Xabi Alonso in Madrid Match vs Barcelona

Badai Sunyi di Balik Kemenangan Madrid: Gaya Kaku Alonso

Sportsbooks.liveReal Madrid saat ini mungkin berada di puncak klasemen sementara La Liga musim 2025/2026, memimpin dengan selisih poin yang nyaman dari rival abadi mereka, Barcelona. Kemenangan yang diraih, termasuk hasil gemilang di El Clásico, telah mengukuhkan dominasi awal mereka di kompetisi domestik. Namun demikian, di balik keberhasilan dan tepuk tangan publik, sebuah “badai kecil” dilaporkan mulai terbentuk di ruang ganti. Pelatih kepala, Xabi Alonso, kini menghadapi tantangan yang jauh lebih rumit daripada sekadar meracik taktik: mengelola ego dan ekspektasi para bintangnya.

Faktanya, metode kepelatihan Alonso yang baru diperkenalkan mulai memicu respons yang beragam. Laporan dari media internasional menyebutkan bahwa sejumlah pemain senior, yang terbiasa dengan lingkungan yang lebih santai, merasa tidak nyaman dengan disiplin dan aturan yang kini diterapkan. Oleh karena itu, meskipun papan skor menunjukkan kesuksesan, suasana di Valdebebas (pusat latihan Madrid) disebut tidak sepenuhnya harmonis. Transisi dari rezim kepelatihan yang lama ke yang baru ternyata lebih sulit daripada yang diperkirakan.


Kontras Filosofi: Dari Fleksibilitas ke Keteraturan

Xabi Alonso tiba di Santiago Bernabéu dengan reputasi pelatih cerdas yang sukses besar bersama Bayer Leverkusen. Meskipun begitu, pola kerja yang ia bawa ke Madrid sangat kontras dengan era pendahulunya, Carlo Ancelotti. Ancelotti dikenal sebagai pelatih yang memberi kebebasan penuh, mengandalkan kecerdasan pemain, dan meminimalkan intervensi taktis kaku. Ia lebih memilih untuk menjadi “manajer manusia” daripada “manajer taktik” sejati.

Sebaliknya, Alonso datang dengan filosofi yang mengutamakan kontrol, struktur, dan detail mikro. Ia berupaya menjamin disiplin dan keteraturan yang lebih tinggi dalam keseharian tim. Hal ini mencakup pengetatan jadwal latihan, peningkatan sesi analisis video, dan penekanan berlebihan pada latihan pencegahan cedera di gym. Bagi sebagian pemain, terutama yang senior, perubahan ini terasa seperti sebuah pembatasan.

A. Analisis Video yang Panjang dan Kritik Taktik Kaku

Salah satu keluhan utama yang dilaporkan oleh The Athletic adalah durasi dan intensitas sesi analisis video. Secara spesifik, beberapa pemain menilai Alonso terlalu banyak menghabiskan waktu untuk analisis video kelompok dan individu. Hal ini dianggap memakan energi mental dan membuat rutinitas sehari-hari menjadi monoton.

Selain itu, penekanan berlebihan Alonso pada skema taktis yang kaku membuat pemain merasa ruang berekspresi mereka terbatas. Struktur permainan Real Madrid di bawah Alonso memang terlihat lebih terorganisir dan rapi secara taktik. Namun demikian, gaya tersebut merenggut fleksibilitas yang menjadi ciri khas tim di bawah Ancelotti, di mana improvisasi individu seringkali menjadi kunci kemenangan.

B. Peningkatan Latihan Fisik dan Pencegahan

“Xabi telah berusaha untuk menjamin lebih banyak disiplin dan keteraturan dalam kesehariannya, dengan pengendalian jadwal, lebih banyak latihan di gym sebagai bentuk pencegahan,” ungkap sumber terkait. Memang benar, peningkatan fokus pada latihan fisik di gym merupakan tren modern dalam sepak bola untuk meminimalkan risiko cedera. Akan tetapi, bagi beberapa bintang yang terbiasa dengan jadwal yang lebih longgar, penambahan sesi pencegahan ini terasa seperti beban dan membuat mereka merasa diperlakukan seperti pemain akademi yang harus mengikuti setiap instruksi tanpa banyak pertanyaan.


Ruang Ganti Real Madrid Pasca Pertandingan El Clasico

Dampak Psikologis di Ruang Ganti

Ketidaknyamanan ini melampaui masalah jadwal; ini menyentuh aspek psikologis. Para pemain senior Real Madrid adalah bintang global yang terbiasa beroperasi dengan tingkat kebebasan dan rasa hormat yang tinggi. Oleh karena itu, ketika seorang pelatih muda seperti Alonso datang dan menerapkan disiplin ala militer, reaksi penolakan adalah hal yang lumrah.

Laporan menyebutkan bahwa hubungan antara Alonso dan beberapa pemain senior mulai renggang. Sebagai contoh, komentar sinis yang beredar di rombongan pemain, seperti “Dia pikir dia Guardiola, tapi dia cuma Xabi!”, mencerminkan rasa frustrasi dan kurangnya rasa hormat yang muncul karena perubahan radikal ini. Ini menunjukkan bahwa Alonso, meskipun cerdas secara taktik, masih bergumul dengan sisi manajerial dalam mengelola ruang ganti yang penuh bintang.

A. Kehilangan Peran Bintang Kunci: Kasus Vinicius Junior

Struktur permainan yang kaku dan rotasi yang minim di bawah Alonso secara langsung memengaruhi beberapa bintang utama. Terutama, Vinicius Junior, salah satu penyerang paling kreatif dan fleksibel di dunia, dikabarkan merasa kesulitan beradaptasi. Di bawah Ancelotti, Vini diberi kebebasan untuk bergerak dan berimprovisasi.

Sebaliknya, di era Alonso, Vini harus tunduk pada sistem yang lebih terstruktur. Konsekuensinya, kreativitas alaminya terasa dibatasi oleh tuntutan taktis yang kaku. Ketika seorang pemain kelas dunia merasa kehilangan peran pentingnya, hal itu dapat memengaruhi performa dan harmonisasi tim secara keseluruhan.

B. Risiko Rotasi Minim dan Kelelahan

Meskipun Alonso melakukan beberapa rotasi, ia cenderung mempertahankan starting eleven yang sama dalam pertandingan-pertandingan besar. Padahal, penggunaan rotasi yang minim, terutama bagi tim yang bersaing di banyak kompetisi (La Liga, Liga Champions, Copa del Rey), dapat meningkatkan risiko kelelahan fisik dan cedera di pertengahan musim. Ketidakpuasan juga bisa muncul dari pemain pelapis yang merasa minimnya peluang bermain.


Sisi Positif dan Dukungan Klub

Meskipun kritik internal muncul, pendekatan Alonso ini tentu memiliki sisi positif yang dilihat oleh manajemen klub.

A. Menit Bermain untuk Talenta Muda

Salah satu hasil positif dari pendekatan Alonso yang mengutamakan struktur dan disiplin adalah terbukanya menit bermain bagi pemain muda. Memang benar, Alonso, sebagai lulusan La Fábrica (akademi Madrid), memiliki mata yang tajam untuk talenta muda dan berani memberikan mereka kepercayaan. Ini adalah investasi jangka panjang yang disambut baik oleh petinggi klub.

B. Dukungan Penuh dari Manajemen

Pihak klub dilaporkan masih memberi dukungan penuh kepada Xabi Alonso. Justru karena itu, mereka melihat Alonso sebagai manajer yang membawa budaya profesionalisme dan disiplin tinggi yang dibutuhkan untuk suksesi jangka panjang. Hasil di lapangan—memimpin klasemen—juga menjadi tameng kuat bagi Alonso. Manajemen tampaknya siap menerima gejolak kecil di ruang ganti asalkan hasil dan arah klub tetap positif.

Baca Juga : Rotasi Taktis Slot: Liverpool Uji Kedalaman di EFL Cup


Menyeimbangkan Disiplin dan Kebebasan

Badai sunyi di Real Madrid ini adalah cerminan dari pertarungan filosofi kepelatihan modern: apakah fokus harus pada karisma dan kebebasan pemain (ala Ancelotti) atau struktur dan kontrol yang kaku (ala Alonso dan Guardiola). Oleh sebab itu, kunci bagi Alonso adalah menemukan titik tengah yang ideal.

Ia harus mampu mempertahankan struktur taktis yang telah membawa Madrid ke puncak, sekaligus memberikan ruang ekspresi dan kebebasan yang dibutuhkan oleh pemain kreatif seperti Vinicius Junior. Mengelola ego di ruang ganti Madrid sama pentingnya dengan memenangkan pertarungan taktis di lapangan. Pada akhirnya, kemampuan Alonso untuk mengatasi badai internal ini tanpa mengorbankan hasil adalah penentu apakah ia akan menjadi legenda manajerial di Bernabéu atau hanya sekadar fase transisi yang penuh gejolak.

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.